-->

PENGERTIAN SHALAT TARAWIH

. Shalat Tarawih

Tarawih artinya relax, santai, istirahat.

Ulama mengistilahkan Shalat Sunnah ini dengan Shalat Tarawih, karena melihat riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana cara Nabi SAW melakukannya. Yaitu dengan perlahan-lahan/relax/santai serta diselingi dengan istirahat setiap habis salam, sebagaimana riwayat dibawah ini:

Dari 'Aisyah RA, katanya :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى اللَّيْلِ ثُمَّ يَتَرَوَّحُ فَاَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ. البيهقى 2: 497

Adalah Rasulullah SAW shalat 4 rekaat dimalam hari. Kemudian beliau beristirahat/bertarawih lama sekali, sehingga aku merasa kasihan kepadanya.[HR. Baihaqi juz 2, hal. 497]

Waktu, Bilangan dan Cara Pelaksanaan shalat tarawih

a. Waktunya.

Setiap malam pada bulan Ramadlan, boleh dikerjakan diawwal malam atau di pertengahan maupun di akhirnya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. Tegasnya, shalat tarawih adalah shalat malam di bulan Ramadlan.

عَنْ اَبىْ ذَرّ قَالَ: صُمْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص رَمَضَانَ. فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنَ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ فَلَمَّا كَانَتِ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتِ اْلخَامِسَةُ قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ. ابو داود 2: 50، رقم: 1375

Dari Abu Dzarr, ia berkata : Kami berpuasa Ramadlan bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak shalat (malam) bersama kami sehingga tinggal tujuh hari dari bulan itu. Lalu beliau shalat bersama kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak shalat malam bersama kami pada malam yang keenam. Tetapi beliau shalat malam bersama kami pada malam yang ke lima hingga lewat tengah malam. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 50, no. 1375]

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ عَبْدِ اْلقَارِيّ اَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ ابْنِ اْلخَطَّابِ رض لَيْلَةً فِى رَمَضَانَ اِلىَ الْمَسْجِدِ فَاِذَا النَّاسُ اَوْزَاعٌ مُتَفَرّقُوْنَ يُصَلّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلّى الرَّجُلُ فَيُصَلّى بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: اِنّى اَرَى لَوْ جَمَعْتُ هٰؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ اَمْثَلَ. ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى اُبَيّ بْنِ كَعْبٍ. ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً اُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّوْنَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ، قَالَ عُمَرُ: نِعْمَ اْلبِدْعَةُ هٰذِهِ، وَالَّتِى يَنَامُوْنَ عَنْهَا اَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُوْمُوْنَ يُرِيْدُ اٰخِرَ اللَّيْلِ. وَكَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ اَوَّلَهُ. البخارى 2: 252

Dari Abdurrahman bin Abdul Qariyyi, bahwasanya ia berkata, "Saya pernah keluar ke masjid bersama Umar bin Khaththab RA. pada suatu malam di bulan Ramadlan, Tiba-tiba kami dapati orang-orang berkelompok-kelompok dan terpisah-pisah, ada yang shalat sendirian dan ada yang shalat dengan diikuti beberapa orang. Maka Umar berkata, "Saya berpendapat lebih baik mereka ini saya kumpulkan dengan diimami oleh seorang imam". Kemudian Umar ber'azam dan mengumpulkan mereka itu dengan diimami oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada malam yang lain, sedang orang-orang shalat dengan bermakmum kepada imam mereka. Umar berkata, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini". Dan shalat yang mereka kerjakan pada akhir malam adalah lebih utama dari pada yang mereka kerjakan di awwal malam. Sedangkan orang-orang biasa mengerjakannya di awwal malam. [HR. Bukhari juz 2 : 252].

b. Bilangan Raka'atnya

Shalat Sunnah Tarawih ini, bilangan raka'at yang biasa dikerjakan oleh Nabi SAW adalah sebelas raka'at beserta witirnya. Dan sebanyak-banyaknya tak terbatas, berapa saja seseorang mampu melaksanakan-nya hingga habis waktu shalat sunnah tersebut, yaitu masuk waktu Shubuh.

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى مَا بَيْنَ اَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ اْلعِشَاءِ اِلىَ اْلفَجْرِ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلّمُ بَيْنَ كُلّ رَكْعَتَيْنِ، وَ يُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ. مسلم 1: 508

Dari 'Aisyah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW shalat antara beliau selesai dari shalat 'Isyak hingga fajar, 11 rekaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rekaat, lalu berwitir 1 rekaat". [HR. Muslim juz 1, hal. 508].

عَنْ اَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ اَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رض كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُوْلِ اللهِ ص فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلّي اَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَلّي اَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَلّي ثَلَاثًا. البخارى 2: 47، مسلم 1: 509

Dari Abu Salamah bin 'Abdur Rahman, bahwasanya ia pernah bertanya kepada 'Aisyah RA, "Bagaimanakah shalatnya Rasulullah SAW di bulan Ramadlan ?". Maka 'Aisyah berkata, "Rasulullah SAW tidak melebihkan di bulan Ramadlan maupun di luar Ramadlan atas sebelas rekaat. Beliau shalat empat rekaat, jangan kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rekaat, jangan kamu tanya bagusnya dan panjangnya. Kemudian beliau shalat (witir) tiga rekaat". [HR. Bukhari juz 2, hal. 47; Muslim juz 1, hal. 509]

Keterangan :

Maksud hadits tersebut, Nabi SAW shalat 2 raka'at salam, 2 raka'at salam lalu istirahat. Dilanjutkan lagi 2 raka'at salam, 2 raka'at salam lalu istirahat. Kemudian beliau shalat witir 3 reka'at.

Namun hadits tersebut bukan merupakan batasan dari Nabi SAW, tetapi hanya menunjukkan bahwa biasanya Nabi SAW shalat malam sebelas raka'at.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ ص عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى. فَاِذَا خَشِيَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. مسلم 1: 516

Dari Ibnu 'Umar bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam. Maka Rasulullah SAW menjawab, "Shalat malam itu 2 raka'at 2 raka'at. Maka apabila seseorang diantara kalian khawatir masuk Shubuh, hendaklah ia shalat witir 1 raka'at. Yang seraka'at itu mewitirkan untuk shalat yang telah ia kerjakan". [HR. Muslim juz 1, hal. 516]

c. Cara Pelaksanaan

1. Boleh dengan Jahr (suara nyaring) maupun Sirr (suara lembut) :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى قَيْسٍ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: كَيْفَ كَانَ قِرَاءَةُ النَّبِيّ ص بِاللَّيْلِ؟ فَقَالَتْ: كُلُّ ذٰلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ، رُبَمَا اَسَرَّ بِالْقِرَاءَةِ وَ رُبَمَا جَهَرَ. فَقُلْتُ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِى اْلاَمْرِ سَعَةً. الترمذى 1: 278، رقم: 447، و قال: هذا حديث صحيح غريب

Dari 'Abdullah bin Abu Qais, ia berkata : Aku bertanya kepada 'Aisyah RA, "Bagaimana bacaan Nabi SAW pada waktu (shalat) malam ?". Jawab 'Aisyah, "Semuanya itu pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, terkadang beliau membaca sirr (pelan) dan terkadang beliau membaca jahr (nyaring)". Maka aku berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kelonggaran dalam hal ini".[HR. Tirmidzi juz 1, hal. 278, no. 447, ia berkata : Ini hadits shahih, gharib]

2. Boleh dikerjakan dengan berjama'ah maupun munfarid (sendirian)

عَنْ عَائِشَةَ اُمّ الْمُؤْمِنِيْنَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِى الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ. ثُمَّ صَلَّى مِنَ اْلقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ. ثُمَّ اجْتَمَعُوْا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ اَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ اِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ ص فَلَمَّا اَصْبَحَ قَالَ:قَدْ رَأَيْتُ الَّذِى صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِى مِنَ اْلخُرُوْجِ اِلَيْكُمْ اِلَّا اَنّى خَشِيْتُ اَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ. وَ ذٰلِكَ فِى رَمَضَانَ. البخارى 2: 44

Dari 'Aisyah Ummul Mu’minin RA, bahwasanya pada suatu malam Rasulullah SAW shalat malam dimasjid, maka orang-orangpun turut shalat bersama beliau. Kemudian beliau shalat pula pada malam berikutnya, maka bertambah banyak orang yang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya atau ke empatnya mereka telah berkumpul, tetapi beliau tidak datang. Maka setelah pagi harinya beliau berkata, "Sungguh saya telah mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam dan saya tidak berhalangan untuk datang kepada kalian, hanyasaja saya khawatir kalau shalat itu diwajibkan atas kalian". (Kata 'Aisyah), "Kejadian tersebut pada bulan Ramadlan". [HR. Bukhari juz 2, hal. 44]

0 Response to "PENGERTIAN SHALAT TARAWIH"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close
Banner iklan disini